Menjadi guru atau pendidik menjadi impian saya ketika masih mengenyam pendidikan di sekolah dasar, sebuah sekolah di daerah rantauan (trasmigrasi) di Provinsi Sulawesi Selatan tahun 1980 yang minim sarana prasarana dan juga guru yang menginspirasi kelak saya akan menjadi guru. Tuhan memberikan peluang jalan terbaik untuk mewujudkan impian, mampu menyelesaikan pendidikan keguruan di Singaraja tahun 1997 dengan memperoleh beasiswa Tunjangan Ikatan Dinas (TID). Diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dengan nomor Surat Keputusan (SK) 8154/A2/KP/1999 dengan wajib kerja pada pemerintahan selama tiga tahun tiga bulan sebagai lulusan penerima Tunjangan Ikatan Dinas ditugaskan di daerah konflik di Kabupaten Buleleng, yaitu desa sengketa meliputi Desa Pedawa, Desa Sidetapa, dan Desa Cempaga.
Bertugas lebih dari 20 tahun di SMP Negeri 4 Banjar yang berada di Desa Pedawa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng-Bali banyak peluang dan tantangan yang harus dijalankan untuk menjadikan suatu kenyataan (keniscayaan) penuh makna serta menjadi inspirasi di kalangan teman-teman pendidik baik di lingkungan satuan pendidikan maupun lingkungan kabupaten. Dipercaya sebagai membina siswa dalam persiapan siswa teladan membutuhkan keberanian khusus karena siswa yang direkrut harus meminta dukungan langsung kepada orang tua siswa dengan mendatangi langsung ke rumahnya, ini terjadi pada tahun 2008. Persepsi secara umum di masyarakat bilamana ada guru yang datang ke rumah siswa disebabkan siswa ada permasalahan terutama kenalan. Untuk menghindari hal terburuk dan mengubah opini tersebut maka langkah yang dilakukan adalah meminta bantuan kepada salah satu tokoh masyarakat setempat untuk bersama mendatangi rumah siswa yang menjadi calon siswa teladan menggunakan pakaian sipil biasa. Suatu keniscayaan, bisa diterima dengan terbuka dan penuh kekeluargaan serta apresiasi penuh dari pihak orang tua siswa. Pembinaan persiapan siswa teladan dilakukan di sekolah setelah jam pelajaran berlangsung yaitu dari jam 12.40 – 14.10 wita (90 menit) setiap hari Rabu dan Hari Sabtu selama enam bulan. Upaya yang kita lakukan bersama tim SMP Negeri 4 kala itu mampu menghantarkan siswa menjadi juara tiga siswa teladan putri sedang siswa putra terpaut jauh. Meskipun belum menunjukkan hasil maksimal akan tetapi sudah mampu menunjukkan bahwa menjalankan tugas secara total dan iklas akan memperoleh hasil yang maksimal dimanapun kita bertugas. Keniscayaan dari diri pribadi, mampu menjadi duta Provinsi Bali dalam OSN Guru tahun 2013 bidang IPA. OSN guru diawali seleksi dilakukan di tingkat kabupaten dan meraih peringkat II bidang Biologi SMP sekaligus menjadi perwakilan Kabupaten Buleleng, seleksi tingkat provinsi yang dilakukan oleh tim pusat terpilih sebagai duta Provinsi Bali. Di awal seleksi tingkat kabupaten muncul rasa pesimis bisa menjadi terbaik untuk mampu mewakili Kabupaten Buleleng dalam ajang OSN Guru bidang IPA. Rasa pesimis bukan alibi namun didukung berbagai fakta dalam menjalankan tugas sebagai guru keseharian yang sangat menyita waktu, tenaga, dan pemikiran. Jarak tempuh antara tempat tinggal dengan sekolah tempat bertugas ± 27 Km dengan medan yang ekstrim, tidak ada angkutan umum, dan ongkos ojek relatif mahal (Rp.25.000) di tahun-tahun pertama tugas. Demikian juga akses informasi sering terlambat bahkan tidak ada koneksi sama sekali karena masih berbasis surat. Di Bandingkan dengan guru lain yang bertugas di perkotaan apalagi berstatus RSBI (Rintisan Sekolah Berbasis Internasional) yang mempunyai akses informasi lebih luas. Upaya yang dilakukan secara total penuh keyakinan serta selalu mencari sesuatu yang baru terkait kompetensi profesionalisme dengan “Nyewa” internet di warnet di kota berupaya membelajarkan diri agar mampu menjadi “pelayan” pendidikan bagi anak bangsa sesuai beban tugas serta kewajiban yang diberikan oleh negara. Usaha awal yang dilakukan hanya untuk mampu mengikuti dinamika peran dan tugas guru mampu juga menghantarkan yang bukan menjadi tujuan prioritas, yaitu menjadi duta Povinsi Bali dalam OSN Guru tingkat nasional tahun 2013.
Pada awal tahun 2021 tepatnya tanggal 15 Januari 2021, saya dimutasi ke SMP Negeri 6 Singaraja melalui Surat Keputusan Bupati Buleleng Nomor : 821.2/248/BKPSDM tentang Mutasi Guru SMP Di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Buleleng. Di bulan dan tahun tersebut masih puncak-puncaknya pandemi virus corona-19 yang mendunia berdampak pada sistem pembelajaran tatap muka (PTM) ke pembelajaran daring dan luirng. Sudah menjadi permasalahan umum, bahwa pembelajaran non tatap muka menyisakan banyak permasalahan dari berbagai aspek, baik siswa maupun guru. Di sisi lain harus mampu beradaptasi dengan situasi kerja baru, harus mampu menunjukkan kinerja yang terbaik karena ada opini bahwa dari beberapa guru di SMP Negeri 6 Singaraja kepada kepala sekolah terkait penerimaan saya sebagai salah satu guru di SMP Negeri 6 Singaraja. Penolakan tersebut merupakan tantangan dan sekaligus peluang yang akan memposisikan diri sebagai guru yang mampu berbuat terbaik. Ujian atau peluang pertama setelah bertugas di SMP Negeri 6 Singaraja, oleh kepala sekolah Bapak Nyoman Sudiana,S.Pd,M.Pd. saya ditunjuk sebagai salah satu inisiator pelaksanaan workshop UBKD dan AKM dengan alasan saya sudah memperoleh sertifikat dari Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan terkait Bimtek Program Guru Belajar Seri Aseemen Kompetensi Minimum (AKM),sementara guru-guru yang lain di SMP Negeri 6 Singaraja belum ada yang mengikutinya. Kegiatan yang dicanangkan tersebut mampu diselesaikan dengan baik sesuai tujuan pelaksanaan workshop.
Tantangan masih berlanjut, ditunjuk kembali dalam kegiatan KSN siswa dan lomba STEM sebagai koordinator. Langkah-langkah yang ditempuh dengan melakukan pendekatan kepada pihak-pihak kompeten yaitu Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum dan bidang Kesiswaan untuk menggali sistem yang diterapkan sebelumnya. Terhimpun data bahwa pola yang digunakan sebelumnya secara umum adalah menunjuk langsung siswa sebagai wakil sekolah dalam mengikuti kegiatan kompetisi. Hal ini tentunya sangat bersifat subjektif, maka diubah polanya menjadi “pola seleksi” dengan diawali menggumpulkan siswa yang terbaik pada setiap kelas masing-masing jenjang kemudian dilakukan pembinaan yang selanjutnya dilakukan seleksi sebagai perwakilan sekolah. Untuk KSN belum mampu meraih yang terbaik, untuk STEM mampu berada pada posisi puncak tingkat Provinsi Bali tahun 2021, artinya ada sedikit perubahan lebih baik walaupun belum makasimal. Tantangan selanjutnya adalah sebagai koordinator Gerakan Sekolah Menulis (GSM) tingkat nasional tahun 2021 melibatkan 50 siswa dan 5 guru di awal April tahun 2021. Hal yang tersulit adalah menghubungi siswa 50 orang di saat pandemi sesuatu yang mustahil bila dipikirkan demikian menggerakkan para guru sebagi suatu tim untuk ikut bergerak bersama dalam kegiatan ini belum pernah ada. Berbagai upaya humanistik dengan apresiasi serta dukungan dari kepala sekolah secara bertahap menemukan langkah terbaik dalam perekrutan 50 orang siswa dalam kegiatan GSM, yaitu mengambil siswa yang masuk peringkat satu sampai dengan tiga besar setiap kelas, yaitu kelas VII dan VIII. Personil yang sudah ada dibuatkan WA Group “GSM SMP N 6 Singaraja 2021”. Berdasarkan arahan kepala sekolah, maka ditetapkan guru pembina yang ditugaskan untuk mengawal peserta GSM (siswa) sampai masing-masing siswa menghasil karya sastra. Dalam perjalanan, tim “GSM SMP N 6 Singaraja 2021” mampu mewujudkan harapan dengan terbitnya ‘ANTOLOGI PUISI “MERETAS DILEMA SEMANGAT BERKARYA” SMP NEGERI 6 SINGARAJA’ dan juga lima artikel karya guru secara nasional. Keberhasilan kegiatan GSM pertama ini, oleh kepala sekolah merekomendasikan kembali untuk berkarya pada GSM tahun 2022 dengan melibatkan 100 siswa yang pada saat ini baru tahap awal pendaftaran dan merancang pola pelaksanaan dengan tujuan menghasilkan karya yang lebih baik dari sebelumnya.