Yogyakarta, 30-31 Januari 2025 - GuruInovatif.id kembali menyelenggarakan workshop nasional bersertifikat di akhir bulan Januari 2025 yang membahas topik “Ragam Media Pembelajaran Kekinian untuk Memfasilitasi Diferensiasi Siswa”. Narasumber yang dihadirkan pada workshop kali ini adalah Elang Muhammad Fakhri Soeriadiningrat selaku trainer GuruInovatif.id.
Workshop ini dimulai dengan pembahasan bahwa kata “diferensiasi” diambil dari istilah Bahasa Inggris “different” yang memiliki arti “berbeda”. Elang menjelaskan diferensiasi menjadi tema yang penting dalam dunia pendidikan karena setiap siswa memiliki gaya belajar, minat, dan kecepatan belajar yang berbeda-beda. Sehingga, masing-masing individu siswa memiliki keunikannya masing-masing.
Dalam dunia pendidikan, diferensiasi diadaptasi menjadi sebuah metode pembelajaran yang menyesuaikan pengajaran untuk memenuhi kebutuhan masing-masing siswa. Metode pembelajaran diferensiasi dikembangkan dengan tujuan agar dapat memaksimalkan kemampuan dan potensi belajar semua siswa.
Siapa Pencetus Metode Pembelajaran Diferensiasi?
Metode pembelajaran diferensiasi berakar dari istilah “Differentiated instruction” yang diperkenalkan oleh Carol Ann Tomlinson di tahun 1990-an. Teori yang dikemukakan oleh Carol ini bahkan lebih duluan diketahui sebelum adanya teori gaya belajar. Elang kemudian menambahkan bahwa pembelajaran berdiferensiasi lebih berfokus pada konsep yang esensial, agar setiap siswa dapat mencapai tujuan dan capaian belajar secara optimal.
Pembelajaran diferensiasi menjadi metode yang responsif terhadap perbedaan kesiapan, minat, dan gaya belajar masing-masing siswa. Kemudian di dalam metode ini terdapat asesmen yang berkelanjutan, maksudnya asesmen tidak hanya dilakukan dalam satu pertemuan saja, tetapi di tiap pertemuan belajar. Sehingga, guru dapat mengetahui kekurangan dan dapat memperbaiki atau meningkatkannya dalam pertemuan belajar berikutnya.
Baca juga:
Optimalisasi Pembelajaran Berdiferensiasi yang Guru Harus Tahu!
Metode ini juga dapat mengidentifikasi serta mengelompokkan siswa sesuai dengan kebutuhan belajarnya serta dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas pengajaran yang lebih baik. Hal ini akan berpengaruh pada terwujudnya lingkungan belajar dan pengalaman belajar siswa yang lebih relevan serta bermakna.
Memahami Kebutuhan Belajar Siswa dengan Teori Gaya Belajar
Teori ini dikemukakan oleh Neil D. Flamming dan Collen E. Mills, teori gaya belajar ini memiliki istilah lain VARK (Visual, Auditory, Read/Write, and Kinesthetic).
1. Visual
Individu yang cenderung lebih mudah menangkap informasi melalui representasi grafis, seperti gambar, diagram, bagan, dan video. Gaya belajar ini, juga mencerminkan bahwa individu lebih menyenangi suasana belajar yang tenang.
2. Auditory
Seseorang lebih mudah menangkap informassi melalui media suara seperti ceramah, diskusi, atau rekaman. Kegiatan yang melibatkan percakapan juga dapat meningkatkan pemahaman individu yang memiliki gaya belajar ini.
3. Read/Write
Gaya belajar ini lebih suka memproses informasi melalui teks, tulisan, serta membaca. Karena lebih mudah memahami informasi dengan menulis dan membaca ulang.
4. Kinesthetic
Pembelajar kinestetik biasanya cenderung lebih mudah menangkap informasi melalui pengalaman langsung dan praktik. Gaya belajar ini akan melibatkan panca indera yang lebih ke arah ke kegiatan atau partisipasi secara fisik.
Konsep Taksonomi SOLO
Selanjutnya, Elang juga menerangkan mengenai taksonomi SOLO. Taksonomi ini merupakan singkatan dari structure of observed learning outcomes. Secara ringkas, taksonomi ini memiliki fokus yang berkaitan dengan seberapa dalam siswa dapat memahami dan menghubungkan konsep materi ajar.
Baca juga:
Mengapa Perlu Menggunakan Teknologi AI dalam Pendidikan?
Taksonomi ini memiliki struktur perkembangan pemahaman siswa dalam lima tahapan, antara lain:
Prestructural
Unistructural
Multistructural
Relational
Extended abstract
Pendekatan yang dapat dilakukan dalam taksonomi SOLO berupa pendekatan progresif dan konektif. Pendekatan ini dapat dimulai dari pemahaman yang dangkal atau dasar hingga mampu menghubungkan dan menerapkan konsep secara luas. Sehingga, pendekatan ini cocok untuk pembelajaran berbasis pemahaman konseptial dan hubungan antar-ide.
Dalam workshop ini juga, Elang turut membandingkan konsep taksonomi SOLO dengan taksonomi Bloom. Selain itu, Elang juga menjelaskan ragam-ragam media pembelajaran yang mendukung dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi. Ingin tahu penjelasannya? Yuk, simak tayangan ulang workshop-nya pada tautan berikut ini!
Tertarik dengan materi-materi yang serupa? Yuk, bergabung menjadi membership GuruInovatif.id untuk mendapatkan berbagai materi-materi pengembangan kompetensi guru relevan lainnya.
Klik untuk gabung membership GuruInovatif.id
Penulis: Eka | Penyunting: Putra