Sedari kecil, rasanya tak mungkin jika seorang pembelajar tak pernah mendengar kalimat ‘Buku adalah Cakrawala Dunia’, setidaknya sekali pasti pernah terlontar dari bibir para tenaga pendidik maupun orang tua yang melek akan urgensi pendidikan di dalam kehidupan seorang anak. Ketika masih duduk di bangku sekolah dasar, kalimat ‘Buku adalah cakrawala dunia’, terdengar sangat sulit dipahami. Namun satu hal yang pasti, melalui kalimat itu, setiap pembelajar diharapkan selalu memiliki kemauan untuk menambah serta memperluas pengetahuannya lewat membaca buku.
Akan tetapi, agaknya seiring dengan perkembangan zaman yang melaju begitu cepat, buku tak lagi menjadi sebuah kewajiban bagi seorang pembelajar dalam memperluas khazanah pengetahuannya. Kemunculan internet sebagai samudra dunia, berhasil mengalihkan fokus pembelajar. Namun, sangat disayangkan, tak seluruh pembelajar berkeinginan untuk memperdalam pengetahuannya melalui internet. Kenikmatan fana yang ditawarkan oleh internet lewat berbagai aktivitas game hingga sosial media, serta rendahnya dorongan dari tenaga pendidik, menjadi faktor yang menyebabkan rendahnya minat para pembelajar untuk memperdalam pengetahuannya melalui internet. Secara mayoritas, para pembelajar menganggap internet sebagai wahana refreshing dari kejenuhan, bukan sebagai wahana ‘tuk memperdalam pengetahuan. Hal ini tentunya terasa sangat menyedihkan hati, terlebih di Era 5.0 ini, masyarakat, khususnya pembelajar, masih begitu terlena untuk memanfaatkan kemajuan digital sebagai ladang refreshing, bukan sebagai ladang produktif.
Ekonom Senior INDEF (Institute for Development of Economics and Finance), Aviliani, menyebutkan bahwa tingkat literasi digital di Indonesia hanya sebesar 62%. Jumlah tersebut paling rendah jika dibandingkan negara di ASEAN lainnya yang rata-rata mencapai 70%. Hal ini terntunya telah menjadi sinyal bahaya bagi para tenaga pendidik agar mampu membangkitkan gairah para muridnya dalam memanfaatkan internet sebagai wahana memperdalam pengetahuan serta meningkatkan poin literasi digital di Indonesia.
Guru sebagai bagian dari tenaga pendidik, memiliki pengaruh yang begitu besar dalam memengaruhi serta membentuk pola pikir generasi muda Indonesia. Oleh karena itu, peran guru yang menekankan pentingnya internet sebagai salah satu wahana literasi digital untuk memperdalam pengetahuan para pembelajar perlu digalakkan sejak sedini mungkin.
Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan besar saat ini, apakah setiap guru memiliki kapasitas untuk membantu muridnya menguatkan literasi digital? Hasil survei yang dilakukan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan bahwa indeks literasi digital masyarakat Indonesia (termasuk guru) berada di angka 3,54 dari 5,00. Angka ini cukup untuk membuktikan bahwa tak semua guru memiliki kapasitas yang cukup untuk membantu menguatkan literasi digital para muridnya. Oleh karena itu, untuk mendongkrak kapasitas literasi digital, dibutuhkan keberadaan pelatihan terkait hal ini.
Pelatihan guru ini dapat berupa pelatihan in house training dengan tujuan agar para guru semakin diperluas pengetahuan serta pemahamannya mengenai urgensi literasi digital bagi masa depan setiap anak didiknya. Para guru haruslah dibekali ilmu dasar seputar pengoperasian berbagai aplikasi yang dapat menunjang kegiatan belajar – mengajar, seperti aplikasi Kahoot! untuk menciptakan suasana ujian yang asyik dan tak menegangkan, aplikasi Nearpod untuk membantu guru serta murid dalam mendukung suasana presentasi yang aktif, serta aplikasi – aplikasi lainnya.
Ketika guru sukses melalui setiap kegiatan pelatihan yang ada, para guru tentunya berhak mendapatkan sertifikasi atas kemampuan literasi digitalnya. Sertifikasi guru ini bertujuan untuk meningkatkan kredibilitas para guru, sebagai tenaga pendidik, untuk terus menguatkan kemampuan literasi digital para muridnya.
Saat guru yang paham akan urgensi internet sebagai salah satu wahana penguatan literasi digital bertemu dengan banyak murid, maka tak mustahil jika Indonesia dapat mendongkrak tinggi poin literasi digitalnya. Semakin tinggi literasi digital, semakin meningkat pula SDM masyarakat Indonesia dalam menciptakan berbagai inovasi digital di masa depan nantinya.
Penyunting: Putra