Kandang Burung Ababil - Guruinovatif.id: Platform Online Learning Bersertifikat untuk Guru

Diterbitkan 23 Apr 2022

Kandang Burung Ababil

Langkahku terhenti di  ruang kepala sekolah, duduk kemudian kepala sekolah bertanya “anti siap dengan anak ini”, dengan mantap aku pun menjawab “insyaAllah siap, bukanya kita telah mendeklarasikan diri sebagai sekolah inklusi?” 

Cerita Guru

Nur Amalina

Kunjungi Profile
2219x
Bagikan

Langkahku terhenti di  ruang kepala sekolah, duduk kemudian kepala sekolah bertanya “anti siap dengan anak ini”, dengan mantap aku pun menjawab “insyaAllah siap, bukanya kita telah mendeklarasikan diri sebagai sekolah inklusi?” 

Hatiku pun sebenarnya masih bimbang karena baru kali ini menangani anak yang secara perilaku sangat terlihat bahwa dia memang membutuhkan penanganan khusus. Berputar-putar, berlari-lari, bertanya tiada henti dan pandangan cepat teralihkan dari objek 1 ke objek yang lain. Fakih, pindahan dari Demak mengikuti tugas ayahnya di Purwokerto. Hari pertama Fakih masuk di kelas 4, dia diantar oleh ajudan ayahnya. Awal berkenalan dengan Fakih, dia agak cuek, belum mau banyak mendengar, dan suka berputar-putar. Tempat favoritnya adalah perpustakaan dan bermain computer adalah aktivitas yang paling membuat dia betah duduk lama. 

Masih ingat betul dimana setiap pagi dia selalu membuat logo PROVOS, dan menempelkan logo tersebut di bajunya kemudian memberitahukan kepada setiap orang yang dia temui bahwa dia adalah seorang PROVOS. sepertinya perkerjaan ayahnya dan orang sekelilingnya menginspirasinya untuk menjadi seorang PROVOS. Melalui cita-citanya itulah kita gunakan sebagai ‘senjata’ dalam mendidiknya. 

Salah satu pembiasaan yang kita terapkan adalah mengucapkan salam ketika masuk ruangan. Hampir satu semester kami membentuk kebiasaan tersebut. Awalnya Fakih selalu masuk ruang BK tanpa salam, tiba-tiba dengan berlari dan brug.. “ustadzah lina…” sampai terperanjat aku dibuatnya. Ketika pembiasaan mulai di berlakukan, dia tidak mengucapkan salam, saya memintanya keluar ruangan sambil masuk kembali dengan mengucap salam. Begitu seterusnya hingga satu semester berlalu. Suatu saat Fakih bertanya kenapa sih harus salam…  kenapa sih salamnya “Assalamualaikum… bukan hormat.?”. Laa haula wala quata illa billah… saya harus benar- benar memberikan alasan yang tepat dan benar untuk meyakinkan dia dalam menerapkann sebuah pembiasaan.

Saya menjelaskan salam mengandung doa, salam identitas muslim, salam adalah sunnah rasulullah, sunah dikerjakan mendapat pahala. Tapi ternyata tak semudah itu memberikan pemahaman  kepada Fakih. Akhirnya saya sampaikan 

“kamu muslim…?” 

dia menjawab, “iyalah aku muslim…aku bukan kafir, tapi kenapa salamnya begitu itu loh…” 

agak mentok saya kembali bilang, 

“pernah lihat PROVOS bilang salam gak?”

“pernah lah temennya papahku islam owk…” dengan nada medok nya

saya kembali bilang “mosoook PROVOS masuk ruangan ga salam, kamu PROVOS muslim apa bukan” sambil menepuk lengannya dengan gulungan kertas..

Akhirnya semenjak saat itu Fakih masuk ruang BK dengan salam meskipun dengan sedikit berlari.

Hari jum’at adalah hari yang sangat bersejarah untuk kami, saya, dan Fakih. Hari ini pertama kalinya Fakih menunaikan Shalat Jumat bersama di sekolah. Waktu sudah menunjukan pukul 11.15 tapi Fakih tetap tidak mau turun untuk bersiap wudhu dan mengikuti shalat jumat.

”Fakih kenapa ga mau shalat”, kataku

“buat apa to harus shalat jumat, kan belum tiga kali aku meninggalkan shalat, minggu kemaren aku udah kok, jadi aku kan bukan kafir” jawabnya, pandai tapi ga cerdas pikirku.

“ga takut masuk neraka ya?”

“ga… ga papa lah, kan yang kafir aja yang masuk neraka”

“Ya kalau kamu masih hidup, masih sempat bertobat, kalau kamu tiba-tiba mati ga shalat masak mau masuk surga?”

“lah ga papa… kan abis itu masuk surga orang islam kan akhirnya masuk surga”, jawabnya masih ngeyel

“lha kamu tau ga di neraka ada apa aja”

“panas di sana ada api..”

“iya tapi panasnya itu ga kayak panas kamu kena api lilin, berlipat-lipat rasa panasnya”

“masa sih…” jawabnya sudah mulai penasaran

“lha masa kamu ga tau giamana pasukan gajah mati di serang burung yang bawa batu krikil dari neraka?”

Akhirnya aku menceritakan bagaimana kisah pasukan Gajah yang dipimpin raja Abrahah untuk menyerang Kabah… aku melanjutkan cerita tersebut

“Allah memerintahkan burung Ababil untuk membawa batu kerikil dari neraka, kemudian dijatuhkan dari atas langit mengenai pasukan gajah… kerikil dari neraka itu panas, panas sekali sampai gajahnya pada mati karena krikilnya tembus dari atas ke bawah…bolong..”

“masa sih..” tanyanya keheranan

“iya, jadi gajahnya pada bolong, bolong kaya daun yang di makan ulat itu saking panasnya..”

“jadi burung ababilnya banyak sekali ya sampai pasukan gajah pada mati?”

“iya banyak masing-masing membawa batu kerikil dari nerakanya di cengkramannya”

“kok bisa ya burung ababil itu kuat bawa batu panas dari neraka, apa ga sakit itu cakarnya?”

“iya nggak, atas ijin Allah burung Ababil kuat bawa batu dari neraka dan ga merasa panas”

“pake sarung tangan ga itu kan panas”

“nggak Fakih, jaman dulu ga ada sarung tangan kayak jaman sekarang, cakarnya burung ababil itu keras jadi ga ngrasa panas.. kamu pernah liat cakar burung ga?”

“iya pernah lah,… hitam keras”

“iya itu baru cakar burung yang ada di dunia, cakar burung Ababil lebih bagus lagi sampai bisa bawa batu panas dari neraka”

Sampai setelah sekian lama gagal fokus dari topic utama, Fakih masih menanyakan lagi 

“trus kandang burung ababil itu dimana?”

Disini saya mulai bingung.. belum pernah membaca profil burung Ababil dan saya kira memang tidak ada penjelasan lengkap.

“ustadzah belum pernah baca dimana kandangnya…”

“lah ustadzah.. dimana kandangnya…” waduh jangan-jangan nanti ditanya makan apa..dan sebagainya, akhirnya saya mengakhiri sesi gagal fokus ini.

“gini ya Fakih, yang tau Cuma Allah, jadi mungkin ada di dunia atau mungkin kandangnya ada di neraka karena bisa ambil batu dari neraka, udah gini aja kamu mau ngrasain panas api neraka apa?”

“ya enggak lah ust..”

“ya sudah kalau ga mau, shalatnya harus lengkap ya”

“ya ayo..”

Akhirnya kami menuruni tangga dan menuju tempat berwudu, dalam perjalanan dia sempat menanyakan kembali,

“us kandangnya dimana” besoknya dia bertanya kembali … “us kandangnya dimana”  diulang – ulang sampai beberapa waktu. Kadang ketika saya kesal, saya pun menjawb “di neraka..”

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Pembelajaran Menyenangkan Berbasis Lingkungan dalam Konteks Merdeka Belajar
2 min
Murid sering Tertidur saat Kamu Mengajar? Ayo Terapkan Trik Inovatif Ini!
4 min
Mendidik Dari Hati

Quroniya Rizqiyah

Apr 17, 2022
2 min
5 Bulan Menjadi Seorang Guru Baru
1 min
Cara Asyik Mengenalkan Etika dengan Sinergi Teknologi Digital dan Kearifan Lokal
6 min
Kisahku di Batas Negeri Berlabuh di Pulau Borneo Senentang
15 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB