Hai, perkenalkan aku Fitri, pengalaman mengajarku baru berumur 1 tahun. Awalnya aku hanyalah seorang gadis yang bekerja sebagai karyawan di sebuah toko ponsel. Setelah tamat SMA aku berhasil mendapatkan beasiswa untuk masuk di universitas yang kuinginkan. Tapi apalah daya wabah COVID melanda, saat itu aku sudah melengkapi dan menyelesaikan berkas administrasi untuk universitas tersebut. Aku sangat lega sekali, tapi aku tidak menyangka semua perjuangan itu runtuh dalam hitungan detik. Aku terpaksa mengundurkan diri dari universitas itu karena tidak bisa membayar UKT/uang mukanya.
Setelah 2 tahun melalui kesedihan gagal kuliah, aku coba bekerja lagi di sebuah minimarket, tapi hanya bertahan 1 minggu. Kemudian kulanjutkan lagi kerja di toko ponsel. Dari sinilah aku bisa menabung untuk masuk kuliah lagi. Tetapi aku mendaftar kuliah di daerahku, supaya aku bisa sambil kerja dan alhamdulillah sampai sekarang aku sudah memasuki semester 6.
Pada semester 4 aku mendapat tawaran untuk mengajar di "TK BINTANG KECIL", aku sangat senang dengan tawaran tersebut karena saat itu aku sudah diberhentikan dari pekerjaan sebelumnya. Aku mulai membuat CV lamaran kerja untuk mengajar di TK tersebut. Setelah lamaran itu kukirim, keesokan harinya aku dihubungi pihak TK tersebut untuk mulai masuk mengajar. ”Aku yang tidak ada pengalaman mengajar, tiba-tiba jadi seorang guru“ ucapku sambil menahan haru, karena rasanya tidak percaya.
Setelah seminggu kujalani, rasanya capek ingin menyerah, bahkan aku menangis karena tidak sanggup mengajar anak seusia itu, anak yang baru tumbuh, anak yang dengan berbagai sifat dan sikap, tapi ketika ingin menyerah rezeki datang lagi. Aku diangkat menjadi wali kelas. Dalam hati aku berkata “Bismillah baiklah akan kucoba sekali lagi”.
Ketika 1 bulan berlalu ada kejadian anak yang saling bertengkar dan menggigit temannya. Kejadian itu membuatku kebingungan dan kaget, lalu langsung berpikir tentang bagaimana caraku memberitahukan kejadian ini kepada orang tuanya. Namun kutepiskan pemikiran itu untuk fokus ke anak yang digigit terlebih dahulu. Langsung saja kularikan anak tersebut ke UKS untuk diobati. Ternyata gigitan dari anak itu lumayan kuat hingga membuat lengannya terluka, lebam, dan membiru.
Ketika bel pulang berbunyi, dalam keadaan yang sangat cemas aku berpikir lagi “Apa yang harus aku katakan?”
Siap tidak siap aku harus bisa menghadapi dan menjelaskan semua kejadian yang terjadi di dalam kelas. Dan orang tua anak tersebut merespon dengan amarah “Lain kali di perhatikan lagi Buk!” Kata orang tua anak yang digigit. Aku hanya bisa mengangguk dan senyum sambil meminta maaf.
Besoknya mulai timbul keinginan ingin berhenti mengajar lagi, karena takut ada kejadian yang tidak bisa aku kontrol seperti hari sebelumnya. Akan tetapi dengan semangat aku mengingatkan diriku lagi "Demi hidupku, demi masa depan dan pengalaman ku, serta demi kuliahku, aku harus siap menghadapi risiko apapun." Aku memulai mengajar dengan senyuman lagi, mulai mengajar dengan sabar, ikhlas, dan ceria. Aku pun juga berusaha meningkatkan kompetensi diri dengan mencari trik-trik mengajar anak di web pendidikan.
Ternyata bayanganku dulu tentang guru TK adalah salah, dulu aku berpikir guru TK adalah guru yang paling senang dalam mengajar atau paling gampang dalam mengajar. Tapi setelah terjun langsung mengajar, ternyata guru TK dituntut harus serba bisa, harus selalu ceria, dan pandai membuat cara mengajar anak jadi nyaman serta menyenangkan. Kalau dipikir-pikir, rasanya sangat melelahkan apalagi dengan gaji yang tidak memadai untuk berharap banyak. Dengan gajiku yang hanya 300 ribu rupiah per bulan, aku menempuh jarak sekitar 30 menit perjalanan dari rumah ke sekolah hanya untuk mengajar anak anak. Setelah kujalani dengan ikhlas, semua hal berat yang dulu kualami lambat laun berubah menjadi ringan. Mengajar anak-anak menjadi sangat menyenangkan, karena bisa disayang dan dicintai anak-anak, apalagi ketika sudah dekat dengan orang tuanya. Makanya saling menjaga komunikasi dengan orang tua anak juga penting.
Semoga guru-guru muda yang baru terjun ke dunia pendidikan anak selalu diberikan semangat untuk mengajar dan pantang menyerah. Luaskanlah rasa ikhlas pada hati kita agar ketika mengajar, hati kita bisa tenang. Salam guru inspiratif.
Penyunting: Putra