Menghamba pada murid menjadi sesuatu yang tren saat ini. Saya sendiri lebih suka dengan istilah memanusiakan murid, dengan merancang pembelajaran yang melibatkan mereka. Mulai dari strategi pembelajaran sampai melibatkan SEL(Social Emotional Learning). Program SEL(Social Emotional Learning) merupakan pendekatan yang menjanjikan untuk meningkatkan keberhasilan siswa-siswi di sekolah dan kehidupannya (Elias, dkk.2006). Bagaimana bisa membuat siswa bisa belajar dengan baik, jika mereka tidak faham dengan perasaan mereka.
Kesadaran akan pentingnya melibatkan murid, membuat saya terus belajar, agar bisa menyajikan pembelajaran yang membuat mereka kecanduan dalam belajar. Hal itu tentu tidak mudah. Berbagai webinar, workshop, pelatihan sampai berbagai grup guru pembelajar saya ikuti. Berkumpul dengan teman-teman yang hebat membuat pola pikir saya berubah.
Setiap hari ada diskusi dengan siswa, mulai dari refleksi pembelajaran hari ini, sampai merancang pembelajaran untuk esuk hari. Saya juga berusaha untuk sedikit berperan, hanya sebagai fasilitator. Pembelajaran lebih banyak praktik. Mulai dari praktik berbagai percobaan IPA, praktik dengan menggunakan permainan, membuat mind mapping menemukan sendiri rumus matematika sampai praktik belajar konduksi, konveksi dan radiasi panas dengan memasak. Bahkan ketika ulanganpun, lebih mengarah ke konteks kehidupan.
Salah satu hasil pembelajaran Matematika adalah membuat miniatur bangunan dengan menggabungkan bangun ruang. Hasilnya luar biasa, mereka ternyata sangat kreatif. Karya yang mereka hasilkan sangat beragam. Ada yang membuat tugu monas, masjid, rumah bertingkat, sekolah, robot sampai miniatur binatang. Ternyata mereka telah belajar STEAM (science, technology, engineering, art and mathematicks). Untuk menambah semangat belajar mereka, hasil karya mereka dipajang di atap kelas, menjadi hiasan dan sumber belajar.
Tiada hari tanpa inovasi. Salam hangat dari guru pembelajar. Guru biasa yang ingin muridnya menjadi luar biasa.