Ada perasaan aneh yang menjalar ketika pertama kali memasuki dunia sekolah lagi dengan status sebagai seorang guru. Saya sedikit bimbang, apakah keputusan menjadi guru ini tepat? Walau saya menyadari, ini adalah impian lama yang timbul tenggelam, hmm apalagi setelah saya sempat bekerja di Jerman selama lebih dari dua tahun.
"Siapkah saya mengajar anak SMA yang belajar bahasa Jerman karena kurikulum Sekolah? Siapkah saya bersabar dengan honorarium yang lumayan jauh bedanya dengan yang didapat di Jerman? Bisakah saya menjadi guru? " Itulah pertanyaan yang sempat mengacak-acak pikiran.
Saya harus menghadapi realita bahwa banyak siswa yang memandang pelajaran ini sebelah mata. Pernah suatu ketika, siswa bertanya, "Frau *, kenapa saya harus belajar bahasa Jerman di Sini?" Sebetulnya, menjawab ini akan sangat mudah ketika mengemukakan teori yang pernah saya baca atau menceritakan manfaat yang saya rasa karena bahasa Jerman. Namun, pada momen itu saya jadi berpikir bahwa ada sesuatu yang harus saya buktikan. âNikmati dulu, deh!â Jawab saya waktu itu.
Saya harus belajar lebih dan mengambil hati para siswa terlebih dahulu. Beruntungnya saat itu berbagai platform telah tersedia. Percobaan pun dimulai dengan membuat sebuah akun media sosial pada 2017 lalu, dimana akun ini bertujuan untuk membuat para siswa lebih mengenal bahasa Jerman. Baiklah, sepertinya para pembaca perlu tahu nama anak saya tersebut. Ia adalah akun instagram bernama @deutsch_sman2boyolali .
Mengapa instagram?
Digemari anak muda Konten beragam Dapat digunakan untuk promosi Mudah digunakan Fleksibel Membuatnya eksis sampai sekarang tidaklah mudah. Konten pertama akun ini adalah foto 5 siswa yang tertarik bahasa Jerman dan keliling kota bersama. Pada saat itu kami juga belajar bahasa Jerman dengan mengenal nama-nama bangunan di Kota dalam bahasa Jerman.
Akun ini membuat saya pribadi mulai belajar mengelola sebuah akun pendidikan. Bermula dari sekedar foto, konten pun berkembang. Yang awalnya tidak bisa mendesain, kemudian dituntut untuk belajar. Yang dulunya bingung bagaimana bekerja sama dengan siswa, lalu muncul ide-ide baru untuk menyalurkan potensi mereka di bidang bahasa.
Lantas apa saja isinya? Bisa dibilang ini ibarat majalah yang punya beberapa rubrik, seperti :
Konten rutin bulanan (proses belajar mengajar di Kelas) Soal dan Quiz (Biasanya di story ) Prestasi bahasa Jerman yang diraih anak maupun guru Reward dengan memampang nilai Ujian terbaik siswa. Panggung mini untuk menunjukkan karya (fokus kemampuan bicara) Pameran karya (fokus kemampuan menulis) Konten ringan (informasi umum) Bincang asik dengan narasumber Berita seputar kemajuan mapel Jerman. Konten instagram mapel Jerman
konten instagram mapel Jerman
konten instagram mapel Jerman Konten Instagram mapel Jerman
Tentu mengelola ini tidak saya lakukan sendiri. Saya sibuk di tahun pertama untuk memberi contoh bagaimana mengelolanya. Sisanya, siswalah yang berkontribusi. Bagaimana caranya?
Membentuk tim bulanan dan tergantung padatnya kegiatan. Ada bagian admin dan kontributor. Mereka digilir, supaya semua bisa merasakan pengalaman memegang akun tersebut. Yang siapa tahu berguna di masa depan. Saat di Kelas, guru harus jeli mengabadikan momen. Siswa dilibatkan sebagai foto/videografer. Ada target bulanan, minimal satu konten yang harus diunggah. Setiap ada penilaian atau tugas, dibuat kategori. Yang terbaik diunggah, yang masih berproses juga diunggah, agar mereka yakin bahwa kami menghargai proses belajar. Jadi, mereka tetap bersemangat. Mengadakan Quiz dan giveaway agar meriah. Melakukan polling dengan para pengikut untuk konten yang dimui mereka. Belajar menulis caption menarik baik dalam bahasa Indonesia maupun Jerman. Merefleksi bersama siswa di Kelas akan keberadaan akun instagram tersebut. Sabar, konsisten, dan mau belajar dari akun-akun besar lain. Mengubah pola pikir bahwa tujuan utamanya bukan seberapa banyak pengikut, tapi manfaat yang diberi dan didapat. Jadi, tidak emosi ketika tiba-tiba follower turun. Di sini kami juga belajar mengontrol emosi. Belajar memahami permintaan pasar. Melibatkan siswa dalam prosesnya. Ngomong-ngomong, saya senang sekali ketika mendengar beberapa siswa mencari stok foto mereka di akun ini. Bahkan kata mereka, teman-teman sekolah lain juga merujuk akun tersebut untuk tugasnya lho. Akun ini terbuka, jika ada yang bermanfaat, silakan dimanfaatkan, selama menghargai hak cipta.
Apa yang menantang?
Jika ini ditanyakan pada tahun pertama, maka jawabannya adalah saat mencari ciri khas dari akun tersebut dan konten. Kami harus membuat yakin pengikut, bahwa akun ini bermanfaat. Jika sekarang, jawabannya adalah konsistensi untuk merawat dan mengembangkan yang ada. Kembali lagi ke pertanyaan siswa saya beberapa tahun lalu, "Frau , kenapa saya harus belajar bahasa Jerman di Sini?" Maka jawabannya adalah âSupaya kita bisa berkembang dalam beberapa hal ketika prosesnya. Gak Cuma bahasa Jerman aja. Maka, mari bertumbuh bersama, rasakan sensasinya.â
Bisa dibilang saat ini saya bahagia, karena ada alasan untuk makin bersemangat. Frau Fitri sudah berdamai dengan keadaan.
Dengan semangat ângontenâ menguatkan saya untuk berkolaborasi dengan siswa agar pembelajaran semakin bermakna dan kreatif. Dengan ini banyak ide baru yang bisa digali. Selamat tinggal keraguan diri.
Sekian! Danke sehr !
Fitri Ananda, S. Pd.
Guru Bahasa Jerman di SMA N 2 Boyolali
*Bisa diartikan sebagai nyonya/bu. Sebutan yang disematkan untuk memanggil nama wanita, Contoh : Frau Fitri.