KAGUM DENGAN SLOGAN “ING NGARSA SUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI HANDAYANI” - Guruinovatif.id: Platform Online Learning Bersertifikat untuk Guru

Diterbitkan 25 Agu 2022

KAGUM DENGAN SLOGAN “ING NGARSA SUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI HANDAYANI”

Artikel

Cerita Guru

Dra. Sri Suprapti

Kunjungi Profile
24779x
Bagikan

Artikel

KAGUM DENGAN SLOGAN “ING NGARSA SUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI HANDAYANI”

Oleh Sri Suprapti, Guru Bahasa Jawa di Surakarta

            Pencetus dari semboyan/slogan ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa tut wuri handayani adalah Raden Soewardi Soerjaningrat atau biasa disebut Ki Hajar Dewantoro. Ing ngarsa sung tuladha artinya di depan sebagai teladan, contoh atau panutan. Menjadi teladan itu artinya si pemberi teladan harus senantiasa sadar, aware terhadap pikiran, perkataan, dan tindakannya. 

            Sebagai teladan harus melakukan segala sesuatu secara benar, memberi contoh yang baik, tidak memberi contoh yang tidak baik. Memang sulit, sangat alamiah manusia selalu kesana kemari, mondar mandir di dua kutub. Mustahil bisa menjadi baik terus, namun juga seharusnya tidak juga berbuat buruk terus menerus. Seumur hidup manusia itu harus banyak berjuang untuk menyeimbangkan dari kedua kutub itu. 

Harus berjuang seumur hidup, karena kalau tidak atau sewaktu-waktu bisa jatuh tergelincir, bagaimana akan memberi teladan? Oleh karena itu agar supaya tidak jatuh, haruslah menunjukkan dengan sungguh-sungguh untuk tetap seimbang (eling lan waspada). Saat menjadi teladan harus senantiasa sadar dan selalu berusaha menyeimbangkan diri, itu sudah bisa disebut sebagai teladan, jadi tidak perlu repot-repot memikirkan menjadi teladan yang baik.

            Ki Hajar Dewantara berpesan kepada orang orang yang sekarang ini dijadikan anak-anak sebagai panutan untuk memberi contoh yang baik. Jangan sampai ada Guru yang seharusnya mampu dicontoh justru melakukan tindakan yang tidak baik atau anggota DPR yang seharusnya jadi contoh namun justru melakukan hal tidak terpuji. Menjadi atasan yang seharusnya menjadi teladan tetapi melakukan tindakan yang tidak pantas untuk ditiru.

            Setiap anak memiliki cita-cita. Mereka ingin mewujudkan cita-cita tersebut karena melihat seorang tokoh. Seorang anak ingin menjadi astronot karena melihat Neil Amstrong, ilmuwan ketika melihat Albert Einstein, Guru ketika ia melihat gurunya di kelas, dan lain-lain.

                Ing madya mangun karsa, maksudnya adalah sebagai pelopor atau pemrakarsa artinya bertindak sebagai guru di tengah sebagai pelopor mencetuskan ide-ide kepada muridnya.    Di tengah memotivasi, menggugah semangat, kemauan dan niat. Ini juga tidak mudah untuk dilakukan namun sulit. Bagaimana membuat situasi yang kondusif untuk orang lain agar bisa berkembang, menggugah semangat untuk terus meraih kemajuan itu sulit. Apalagi kita dihadapkan pada masalah internal diri kita sendiri dan masalah eksternal dengan lingkungan kita.

Namun walaupun dikatakan sulit, sebenarnya tidak juga. Karena yang diperlukan hanya niat baik untuk melakukannya. Asal paham lakonnya hidup, garis yang inipun pasti akan dilakukan orang-orang dengan senang hati. (Bagaimana lakonnya hidup? berdiamlah –maka kau akan tahu!).     

Kata-kata ditengah (ing madya mangun karsa) mengacu pada siswa itu sendiri. Seorang siswa pastilah memiliki sosok yang dekat dengan mereka, diantaranya guru dan teman-temannya. Ki Hadjar Dewantara ingin menekankan bahwa siswa itu sendiri harus saling mendukung. Tolak ukur keberhasilan guru dalam mengajar adalah range nilai yang tidak terlalu besar dalam satu kelas. Tolak ukur ini dapat tercapai tidak hanya dari pengaruh guru, tapi juga dari dukungan antar murid di kelas.

Selanjutnya yang berperan memberi semangat adalah diri mereka sendiri. Semangat terbesar untuk mendapat pendidikan harus berasal dari siswa itu sendiri. Siswa yang termotivasi akan berusaha belajar dan memperluas wawasan semaksimal mungkin. Mungkin anda pernah melihat tayangan bahwa ada anak yang belajar secara autodidak dan menjadi bisa, itu adalah contoh nyata bahwa motivasi terbesar seseorang berasal dari diri mereka sendiri.

Sedangkan tut wuri handayani artinya dari belakang (tut wuri), berupaya penuh member dorongan dan arahan (handayani). Dengan maksud bahwa sebagai seorang guru dari belakang berupaya penuh memberikan dorongan dan arahan kepada muridnya. Di belakang memberi dorongan moral. Nah ini dia. Katanya seorang pemimpin atau guru atau orang yang lebih pandai, lebih tahu saat membimbing orang lainnya dan harus bersikap sebagai among.

 Pengemong / Pengasuh, jadi yang menjadi fokus adalah yang diasuh. Karena itu saat yang di asuh merasa lemah, merasa tidak mampu, pengemong akan maju memberi dorongan semangat, dukungan moral. Dengan kata-kata, dengan sikap perbuatan. Dengan hati yang penuh cinta. (iya penuh cinta, karena tanpa yang satu ini, tidak akan pernah bisa ada tindakan tut wuri handayani).

Pesan ini ditujukan bagi mereka yang berperan penting dalam kemajuan siswa. Orang-orang ini adalah Orang Tua terutama. Untuk terwujudnya pendidikan yang baik dalam aspek kognitif maupun emosional, dukungan terbesar diberikan oleh Orang Tua. Orang Tua adalah sosok yang berperan dalam pembiayaan pendidikan formal anak dan mengajari anak baik pelajaran untuk mengontrol emosi.

Selain itu tokoh yang berperan memberi dorongan adalah Guru. Guru yang hebat menghasilkan murid yang hebat, tapi Guru yang luar biasa menghasilkan murid yang pantang menyerah, karena guru yang luar biasa tidak akan menyerah pada kondisi muridnya. Indonesia tidak butuh orang yang cerdas, karena sudah banyak, tapi Indonesia membutuhkan orang yang pantang menyerah meraih cita-cita.

Setidaknya maknanya seperti itu, yang apabila digabungkan Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani artinya di depan menjadi panutan atau contoh, di tengah menjadi penjalar atau penyeimbang sepantara, dan di belakan melakukan dorongan (prajurit, ibaratnya)” sungguh indah dan menarik sekali bukan? Bahkan Kemdikbud sudah mengambil kata ”Tut Wuri Handayani ” sebagai lambang atau Logo Pendidikan.

Dengan pernyataan seperti tersebut di atas maka bisa disimpulkan bahwa yang disampaikan Ki Hadjar Dewantara adalah sadarlah pada pikiran, perkataan dan tindakan kita, pahami hidup dan kembangkan cinta kasih. Pahlawan Ki Hadjar Dewantara , sungguh hebat dia telah menciptakan Slogan keren ini dan sangat bagus sekali diterapkan di semua urusan dan dimanapun.

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

CREATIVE PRODUCT - ENTREPRENEUR PENDIDIKAN BERBASIS KOMPETENSI MEMPERKUAT KARAKTER SISWA GENERASI MI
8 min
Simalakama : Guru di Pedalaman, Bisa Apa?

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB