Cara Asyik Mengenalkan Etika dengan Sinergi Teknologi Digital dan Kearifan Lokal - Guruinovatif.id

Diterbitkan 20 Apr 2022

Cara Asyik Mengenalkan Etika dengan Sinergi Teknologi Digital dan Kearifan Lokal

Kisah perjalanan saya sebagai guru bahasa Sunda, dimulai pada tahun 2005. Ketika itu saya baru lulus kuliah dari jurusan Sastra Sunda Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran (UNPAD). Meski bukan berasal dari kependidikan murni. Namun, cita-cita saya ingin menjadi guru dari kecil. Terus memecut semangat, bagaimana menjadi guru yang bisa menghilangkan gu (gelap) menuju ru (cahaya). 

Cerita Guru

Isur Suryati, S.S.

Kunjungi Profile
4049x
Bagikan
ilustrasi poster digital aksara Sunda Baku |Dok. Pribadi

Kisah perjalanan saya sebagai guru bahasa Sunda, dimulai pada tahun 2005. Ketika itu saya baru lulus kuliah dari jurusan Sastra Sunda Fakultas Sastra, Universitas Padjadjaran (UNPAD). Meski bukan berasal dari kependidikan murni. Namun, cita-cita saya ingin menjadi guru dari kecil. Terus memecut semangat, bagaimana menjadi guru yang bisa menghilangkan gu (gelap) menuju ru (cahaya). 

Beberapa kali perjuangan tersebut terantuk batu karang, menemui rintangan yang terjal, dan derasnya aliran masalah. Dari mulai, seleksi ketat dan banyaknya pendaftar dalam penerimaan guru honorer, saat saya mendaftar di sekolah menengah tempat dulu saya menimba ilmu. Sulitnya mencari perguruan tinggi yang mengadakan perkuliahan untuk mendapatkan ijazah akta IV. Adanya moratorium tentang aturan bahwa PNS guru harus berijazah kependidikan murni, dan lain-lain.

Namun, saya tidak pernah lelah berjuang untuk hal tersebut. Sambil tetap membantu ibu di sawah dan di kebun, saya terus belajar dari beberapa buku yang saya baca. Menimba pengalaman dari cerita dan kisah-kisah guru di sekitar lingkungan saya. Selain itu, saya juga aktif menulis dan mengirimkannya ke berbagai media massa. Walaupun dengan peralatan sederhana yang ada saat itu. Yaitu mesin ketik dan mengirimkan hasil karya melalui kantor pos. Tahun 2005, teknologi belum secanggih hari ini. Bahkan, pada waktu itu saya belum memiliki hand phone. Karena, harga handphone saat itu masih sangat mahal. Sebagai anak buruh tani, saya tidak memiliki banyak uang untuk membelinya.

Ketika saya pasrah dan selalu berprasangka baik kepada Allah. Semua yang saya cita-citakan dengan mudahnya datang ke pangkuan. Dari mulai pengumuman diterimanya saya sebagai tenaga honorer di sekolah tempat saya dulu belajar. Lalu, dua tahun berikutnya saya diterima kuliah untuk mendapatkan ijazah akta IV. Kemudian, pada tahun 2008 setelah tiga kali saya berjuang mengikuti seleksi CPNS. Allah memberikan anugerah terindah itu kepada saya. Setelah itu, saya resmi memakai seragam berwarna khaki ke sekolah. Qodarullah saya ditempatkan di daerah 3T (Terdepan, Terpencil, dan Tertinggal). Semua itu saya terima dengan penuh kesyukuran. 

Walaupun, lagi-lagi saya harus berjuang dengan ekstra, secara moril dan materil. Karena, saat itu saya baru saja dikaruniai putra pertama. Jarak sekolah yang sangat jauh dari tempat domisili membuat saya harus rela menitipkan si kecil pada orang lain. Dari mulai pukul 4 pagi hingga pukul 4 sore. Gaji saya sebagai guru pun harus habis terkuras untuk biaya transportasi. 

Namun, saya tetap berprasangka baik. Saya yakin, akan selalu ada hikmah di balik peristiwa apapun yang menimpa kita. Baik atau pun buruk hal tersebut. Benar saja, pada tahun 2009, tiba-tiba saja ada angkatan baru guru bahasa Sunda ke sekolah tempat saya mengajar. Angkatan baru tersebut domisilinya dekat dengan sekolah. Kabar baiknya ada sekolah di kota yang kosong guru bahasa Sunda, alhamdulillah lokasinya tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saya. Lagi-lagi Allah memudahkan jalan saya. Oleh karena itu, saya semakin semangat untuk berjuang menjadi guru yang baik. 

Saya mengembangkan diri dalam beberapa hal. Terutama dalam bidang kepenulisan, yang merupakan kegemaran saya sejak SMU. Ya, meskipun agak tersendat-sendat. Karena, kesibukkan mengurus anak-anak di rumah, yang berturut-turut lahir meramaikan kehidupan saya. Semua hal tersebut cukup menguras energi saya sebagai ibu rumah tangga, sekaligus sebagai guru.

Mengenalkan etika

Nah, terkait dengan mata pelajaran yang saya ampu, yaitu bahasa Sunda. Saya merasa bersyukur karena anak-anak masih banyak yang berbicara dengan menggunakan bahasa Sunda. Baik di luar sekolah, maupun saat berada di sekolah. Namun, ada satu hal yang membuat saya merasa prihatin. Yakni terkait etika berbahasa, tatakrama, dan sopan santun di kalangan peserta didik.

Ilustrasi etika yang baik |Dok.Pribadi

Beberapa kali saya dengar, mereka mengucapkan kata bahasa Sunda yang tidak pada tempatnya. Umpama menyebut kata anjing dengan menggunakan kata seru, lalu kata tersebut dia ucapkan sebagai panggilan kepada temannya. Hal itu, benar-benar membuat saya miris. Saya sering menegur mereka dengan halus, “Anakku, jika di hadapan kamu, tidak ada anjing. Maka, sebaiknya jangan ucapkan kata tersebut dengan menggunakan tanda seru, ya. Kecuali bila kamu diminta membuat sebuah kalimat yang isinya harus ada kata tersebut.”

Ide sinergi teknologi digital dan kearifan lokal

Rupa-rupanya, kata-kata dalam teguran tersebut belum menemukan jodohnya. Sehingga, masih saja kerap terdengar obrolan anak-anak dengan umpatan nama hewan tersebut di telinga saya. Pada saat pembelajaran aksara Sunda Baku di kelas 7, dan materi babasan dan paribasa di kelas 8. Tiba-tiba saja terbit ide di dalam pikiran saya. Ide tersebut adalah sinergi antara teknologi digital, yakni smartphone melalui aplikasi edit foto dengan kearifan lokal yakni babasan dan peribahasa.

ilustrasi tatakrama bertanya |Dok.Pribadi

Saya melihat dan telah mengadakan survey kecil-kecilan saat pembelajaran daring di masa pandemi covid-19. Ternyata, hasilnya hampir 100 persen peserta didik memiliki smartphone. Selain itu, hampir 90 persen di smartphone tersebut memiliki aplikasi edit foto. Lalu, survey terakhir diperoleh hasil bahwa, 80 persen peserta didik memanfaatkan aplikasi tersebut untuk edit foto mereka, sebelum mereka membagikan foto tersebut di media sosial.

Berdasarkan latar belakang tersebut, saya bulatkan tekad untuk membuat inovasi pembelajaran. Dalam inovasi ini saya menggabungkan beberapa materi ke dalam satu produk. Saya berharap, inovasi baru ini akan menghasilkan pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik. Karena, pembelajaran akan dilakukan dengan menggunakan smartphone, media yang sangat disukai dan digemari oleh mereka. Selain itu, saya juga menaruh harapan besar inovasi baru ini akan memudahkan saya mengenalkan etika, tatakrama, dan sopan santun kepada peserta didik. Saya selalu yakin, bila dengan ditegur secara langsung mereka tidak tersentuh. Mungkin dengan teguran halus, berupa poster yang mereka buat sendiri. Efeknya akan lebih terasa oleh mereka. Harapan saya yang lainnya adalah sosialisasi aksara Sunda kepada masyarakat. Karena, poster digital aksara Sunda ini saya tugaskan kepada peserta didik untuk diunggah ke media sosial.

ilustrasi tatakrama |Dok. Pribadi

Untuk membahas kelanjutan ide tersebut. Saya pun berdiskusi dengan rekan sesama pengajar bahasa Sunda. Kami mencari berbagai referensi dan tutorial di google. Hingga didapatlah cara-cara membuat media poster digital dengan memanfaatkan aksara Sunda sebagai alat menulis poster dan babasan/paribasa sebagai bahannya.

Di masa perkembangan teknologi yang sangat massif seperti sekarang ini. Saya pikir sinergi antara teknologi digital dan kearifan lokal sebagai khazanah kekayaan budaya warisan nenek moyang mutlak diperlukan. Supaya kearifan lokal tersebut dapat tetap eksis, dikenal oleh peserta didik sebagai generasi zilenial, dikenal juga di masyarakat luas. Bukankah Jepang juga bisa terkenal dan menjadi negara maju. Karena, mereka berpegang teguh pada adat dan budayanya?

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan oleh peserta didik dalam membuat poster digital tersebut. Terus terang saya sangat kagum dengan kehebatan mereka. Ketika, bagi saya merasa kesulitan dan butuh waktu yang sangat lama untuk praktek pembuatan poster tersebut langkah demi langkah. Ternyata, saat diterapkan di kelas. Padahal, hanya dengan media seadanya. Tanpa power point, tanpa laptop, tanpa infokus. Hanya berbekal instruksi manual saja dari saya. Mereka dapat melakukan proses pembuatan poster tersebut dengan cepat. Bahkan, ada yang selesai dalam waktu sepuluh menit saja. Itulah, bukti bahwa generasi zilenial berbakat dalam hal teknologi.

Alhamdulillah, hasil karya berupa poster digital tersebut sudah terkumpul semua. Hampir 100 persen peserta didik mengumpulkan tugas tersebut. Beberapa testimoni yang membuat saya bersyukur berhamburan dari mulut ceriwis mereka. “Bu, kalau belajar pakai cara ini mah, asyik Bu! Seperti tidak sedang belajar.” (Akram 8-C),“Kapan-kapan kita belajar seperti ini lagi, ya bu!” (Rio 8-D),“Ternyata membuat poster digital asyik dan mudah, ya.” (Yessica 8-G).

ilustrasi usaha tidak akan menghianati hasil |Dok.Pribadi

Saya selalu yakin dan percaya, bahwa semua itikad baik yang kita lakukan, akan membuahkan hasil. Tetaplah berprasangka baik kepada siapapun. Karena, kita tidak tahu dari pihak mana, Allah akan mendatangkan kebaikan kepada kita. Saya telah membuktikan hal tersebut. Oleh karena itu, saya selalu ingin mencoba dan mencoba melakukan apapun yang terbaik versi diri saya. Terus dan terus mengembangkan diri. Baik membuat inovasi pembelajaran, mengikuti berbagai ajang lomba kepenulisan, belajar dari podcast dan youtube tentang inovasi-inovasi pembelajaran. 

Karena, bagi saya profesi guru adalah sebuah perjalanan. Jika ragu, mundur adalah lebih baik. Daripada melanjutkan perjalanan dengan setengah hati. Saya yakin dan percaya, inilah jalan saya. Jika pun belum berhasil, apa yang kita ajarkan belum ada jejaknya pada peserta didik. Atau apa yang kita lakukan belum membuahkan hasil. Saya selalu berprasangka baik, Allah sedang menyiapkan hal yang lebih indah dan lebih baik bagi kita. Mungkin, hanya tinggal menunggu waktu saja. Maka, bersabar dan terus berjuang adalah sebuah keniscayaan yang harus terus dilakukan. Salam guru sederhana. (*)

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Lika Liku Pejuang Guru Nomaden
3 min
Catatan Guru Milenial di Tengah Orang Tua Milenial

Nimas achsani

May 10, 2022
11 min
Mentari Terbit di Desa Paleran
Kandang Burung Ababil

Nur Amalina

Apr 23, 2022
4 min
Guru Pelosok, Prestasi Siswa Mencolok
3 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB

Kursus Webinar