Sumber daya Artikel untuk semua tendik!
Cari artikel dan temukan artikel menarik untuk memperluas pengetahuan Anda
Mulai MenulisArtikel Terbaru
Peningkatan kompetensi guru akan meningkatkan keefektifan pembelajaran di kelas. Sehingga akan meningkatkan nilai, menghasilkan peserta didik yang berprestasi, menghasilkan lulusan terbaik.

Redaksi Guru Inovatif
Jan 28, 2023

Artikel Terbaru Lainnya
Lihat Semua02
03
Webinar Pendidikan Mengaplikasikan Kurikulum Merdeka Berbasis PCK dan HOTS

Event Guru Inovatif
04
Profil Pelajar Pancasila, Definisi, Elemen, dan Fungsinya dalam Pembentukan Karakter Anak Bangsa

Redaksi Guru Inovatif
Artikel Trending
01
Kalender Pendidikan 2023: Peningkatan Kualitas Pendidikan Melalui Jadwal yang Lebih Baik

Redaksi Guru Inovatif
02
Mengenal Sejarah, Tema, dan Makna Penting Hari Pendidikan Internasional

Redaksi Guru Inovatif
03
Mewujudkan Harmonisasi Pendidikan melalui Webinar Pembelajaran Kelas Inklusi

Event Guru Inovatif
05
Mengulas Pentingnya Penguatan Literasi Budaya sebagai Landasan Awal Terciptanya Anak Bangsa yang Berkualitas

Event Guru Inovatif
06
Mengenal Metode “Talking Stick” untuk Membentuk Keberanian dan Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran

Redaksi Guru Inovatif
Artikel Lainnya
Belajar Public Speaking, Tips Lancar Ngomong Saat Presentasi – Tidak hanya saat presentasi namun juga saat bertemu dengan mitra kita dituntut untuk bisa berbicara, namun tidak sembarang berbicara. Karena kita dituntut untuk bisa mrangkai kata-kata dalam bahasa yang indah serta menarik orang untuk terus menyimak dan mendengarkan. Karenanya dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami, dan simpel mungkin bisa dikatakan public speaking berarti kemampuan dalam berbicara dengan memainkan kosa kata di depan khalayak banyak. Keterampilan public speaking ini tentunya keahlian yang harus dimiliki oleh semua profesi, civitas akademika tanpa terkecuali, karena ini merupakan skill menyampaikan. Namun alasan serta manfaat apa saja yang mengharuskan kita belajar public speaking?
Saya adalah wanita biasa yang awalnya tidak ada terbersit sedikitpun untuk menjadi seorang guru, perjalanan saya diawali dari hal yang tidak terduga sedikitpun bagaimana saya menjadi seorang guru. Diawali dari datangnya tamu ke rumah waktu itu yang datang mencari seorang guru taman kanak-kanak, dia adalah salah satu teman dari kakak saya, sebenarnya tawaran itu bukan untuk saya tapi untuk kakak saya. Tapi berhubung kakak saya waktu itu sudah mengajar di salah satu TPQ jadi dia mengalihkan tawaran itu kepada saya, dan waktu itu saya 1 tahun baru lulus SMA, untuk melanjutkan kuliah tidak mampu karena kendala biaya, akhirnya saya membuat lamaran waktu itu untuk menjadi di guru di taman kanak-kanak walaupun ijazah saya waktu itu adalah hanya sekolah menengah atas karena tidak ada persyaratan khusus waktu itu harus S1 PAUD, tepatnya tahun 1994 lamaran diterima karena waktu itu memang benar - benar dibutuhkan, karena di lembaga tersebut hanya ada satu orang guru. Pada saat awal saya hanya melihat dan belajar bagaimana meladeni anak - anak kecil dan untuk hal - hal yang berhubungan dengan keilmuan tentang pendidikan anak usia dini saya belum memahami.
Pendidikan di Indonesia mempunyai permasalahan cukup serius dewasa ini. Hal ini perlu ditindaklanjuti dan segera ditangani oleh para pengampu dunia pendidikan dan jajaran pemerintahan yang menanganinya. Dibandingkan dengan Negara maju atau superpower, dunia pendidikan Indonesia masih dikatakan tertinggal. Meskipun demikian, bukan berarti Indonesia tidak memiliki harapan untuk menjadi negara yang “mapan” dalam dunia pendikan. Terlebih, Indonesia memiliki “moodboster” dari Ir Soekarno yang digadang-gadang sebagai Macan Asia yang disegani. Pesan beliau dalam dunia pendidikan diantaranya “Bermimpilah setinggi langit, jika terjatuh akan jatuh diantara bintang-bintang. Berikan aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, dan berikan aku 10 pemuda niscaya akan kugoncangkan dunia”. Lebih dari sebuah pesan jika hal ini dimaknai secara mendalam oleh generasi muda Indonesia yang saat ini sedang menekuni pendidikannya di jenjang dasar, menengah hingga perguruan tinggi. Masalah pendidikan di Indonesia memang kompleks. Dimana permasalahan yang muncul cukup mengganggu dalam rangka memaksimalkan dunia pendidikan. Salah satunya adalah minimnya bahan pembelajaran yang digadang-gadang sebagai misteri lemahnya pendidikan di Indonesia. Tidak dapat dipungkiri masalah pendidikan di Indonesia terbentur pada keterbatasan bahan ajar Dari sudut perspektif lain, bisa jadi bukan karena masalah minimnya bahan pembelajaran, tetapi kurangnya kesadaran guru dalam mengeksplorasi dan inisiatif mencari solusi. Pada kenyataannya masalah keterbatasan menjadi alasan. Padahal, sebenarnya dapat dilakukan secara mandiri, tidak harus mengandalkan uluran bantuan dari pemerintah. Terlebih, saat ini pendidikan di Indonesia baru saja disodorkan kurikulum baru bertajuk Merdeka Belajar. Dalam kurikulum baru ini, pendidikan kedepannya difokuskan pada pembelajaran yang merdeka dan sederhana, lebih mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, menyenangkan, fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi siswa pada fasenya. Adapun Struktur Kurikulum Merdeka didesain dengan prinsip pendidikan yang berpusat pada murid, sehingga dalam pelaksanaannya harap diperhatikan bahwa masing-masing satuan pendidikan dapat menyesuaikan kurikulum sesuai dengan konteksnya. Harapan dari kurikulum merdeka ini, dapat menuntaskan permasalahanpermasalahan yang sering muncul dalam pendidikan. Para guru juga lebih fresh dalam mendampingi siswa belajar yang berkualitas dan berkarakter. Salah satu solusi belajar siswa yang berkualitas dan berkarakter adalah menerapkan Pendidikan Berbasis Kompetensi. Dimana pendidikan berbasis kompetensi kembali diterapkan untuk memulihkan praktik pembelajaran yang saat ini, menurut para pemilik kebijakan dan praktisi pendidikan dianggap cenderung kepada penguasaan materi mata pelajaran (pendidikan konvensional) tanpa menyentuh secara nyata penerapannya bagi kehidupan. Penguasaan materi yang hanya sampai pada level knowing membuat banyak siswa tidak dapat memaknai untuk apa dipelajari dan bagaimana penerapan materi tersebut dalam kehidupan nyata. Tak disangsikan lagi, jika merujuk pada urutan skor Programme for International Students Assessments (PISA) oleh Organization for Economic Cooperation & Development (OECD),yang menguji kemampuan literasi dasar membaca, numeric (mathematics literacy) dan Literasi Sains peserta didik berusia sekitar 15 tahunan (Julie dkk, 2019),siswa kita berada pada urutan yang rendah bahkan pada tahun 2012 menduduki urutan 64 dari 65 negara peserta tes. Sebagai rujukan PISA diyakini dapat dijadikan sebagai tolok ukur kesiapan siswa kita dalam menghadapi tantangan di abad 21 ini. Sebab, ketika siswa dianggap mampu mengerjakan soal di level PISA pada level yang diharapkan, maka kompetensinya sudah mendekati apa yang diharapkan untuk bisa survive. Skor PISA, memberikan gambaran sejauh mana siswa kita siap menghadapi kehidupan di abad 21, mengaplikasikan apa yang siswa pelajari di sekolah agar bisa bertahan hidup di abad 21. Beberapa pakar penilaian mengatakan bahwa PISA bukanlah segalanya, melainkan hanya salah satu tolok ukur. Kendati demikian, PISA tetap memiliki peran penting agar siswa bisa memahami bahwa matematika bukan hanya menghitung semata melainkan mudah didapati dalam kehidupan sehari-hari. Siswa banyak yang mampu menghafal rumus tapi digunakan untuk apa di kehidupan, itu yang belum banyak siswa memahami dan menguasai konsep tapi tidak tahu bagaimana menggunakannya. Banyaknya ketidaktahuan siswa menggunakan pengetahuannya saat ini dikategorikan dalam pembelajaran konvesional. Berdasarkan kondisi tersebut, dalam upaya merubah paradigma yang telah terlanjur berjalan, perlu penguatan kembali pembelajaran yang mengedepankan kompetensi yaitu Pendidikan Berbasis Kompetensi (Yahya, 2018). Salah satu pembelajaran yang dapat menguatkan karakter siswa generasi milenial adalah Produk Kreatif dan Kewirausahaan dengan penerapan Pendidikan Berbasis Kompetensi. Didalam pembelajaran ini para siswa di didik dan “dipaksa” untuk menjadi wirausaha dan kebebasan membuat atau menciptakan produk sesuai dengan “passion-nya”. Wirausaha adalah salah satu goal yang dituju oleh lulusan SMK selain bekerja di Industri atau melanjutkan kependidikan yang lebih tinggi. Hal ini telah menjadi jargon secara nasional yaitu BMW (BekerjaMelanjutkan-Wirausaha). Lantas bagaimana SMK bisa mewujudkan goal dengan berwirausaha tersebut?
Manajemen waktu penting bagi tenaga pendidik karena membantu mengelola jadwal yang padat & banyak tanggung jawab. Tanpa manajemen waktu yang baik, pendidik akan mudah terbengkalai & stres. Manajemen waktu yang baik juga membantu mencapai keseimbangan pekerjaan & kehidupan pribadi
Ada sebuah pepatah Cina mengatakan "Jika Anda ingin berencana untuk satu tahun, maka tanamlah biji-bijian. Jika Anda berencana untuk seratus tahun, maka tanamlah pepohonan, dan bila Anda berencana untuk seribu tahun maka tanamlah manusia".

GuruInovatif.id adalah Platform Online Learning Bersertifikat untuk Guru. Bangun keterampilan mengajar dengan kursus, webinar, dan sertifikat.
Copyright © 2022. GuruInovatif.id. All rights reserved. Guru Inovatif untuk pendidikan Indonesia