Pembelajaran Hots Berbasis Problem Based Learning Menggunakan Bahan Produk Mie Instan - Guruinovatif.id: Platform Online Learning Bersertifikat untuk Guru

Diterbitkan 13 Apr 2022

Pembelajaran Hots Berbasis Problem Based Learning Menggunakan Bahan Produk Mie Instan

Masa pandemi covid-19 di Indonesia yang terjadi sekitar bulan maret tahun 2020 lalu memukul semua sektor tak terkecuali sektor pendidikan. Semua tingkat pendidikan mulai jenjang pendidikan anak usia dini hingga peguruan tinggi terkena dampaknya. Pembelajaran disekolah  yang harusnya berjalan tatap muka harus berjalan daring dari rumah. Hal ini terjadi karena imbas penerapan protokol kesehatan untuk mengurangi korban covid-19 khususnya peserta didik yang notabene adalah anak-anak dan remaja yang nantinya menjadi generasi penerus bangsa ini.

Cerita Guru

R.M.Helmy Sujana,S.Si,S.Pd

Kunjungi Profile
1184x
Bagikan

Masa pandemi covid-19 di Indonesia yang terjadi sekitar bulan maret tahun 2020 lalu memukul semua sektor tak terkecuali sektor pendidikan. Semua tingkat pendidikan mulai jenjang pendidikan anak usia dini hingga peguruan tinggi terkena dampaknya. Pembelajaran disekolah  yang harusnya berjalan tatap muka harus berjalan daring dari rumah. Hal ini terjadi karena imbas penerapan protokol kesehatan untuk mengurangi korban covid-19 khususnya peserta didik yang notabene adalah anak-anak dan remaja yang nantinya menjadi generasi penerus bangsa ini.

SMAN 1 Pronojiwo yang terletak di bawah kaki Gunung Semeru Kabupaten Lumajang Propinsi Jawa Timur juga tak luput dari pandemi covid-19. Meskipun demikian, SMAN 1 Pronojiwo masih bisa menerapakan pertemuan tatap muka secara terbatas dengan tetap menerapkan aturan protokol kesehatan yang ketat. Adapun faktor – faktor yang mendukung dilakukkannya pertemuan tatap muka terbatas yaitu: 1) penularan covid-19 yang rendah di daerah Kecamatan Pronojiwo ; 2)kurang lebih 85 % peserta didik sudah divaksin tahap satu dan dua ; dan 3) hampir 100 % guru dan staff tata usaha sudah di vaksin satu dan dua. 

Selama pandemi berlangsung, pembelajaran full daring dirasa kurang maksimal. Sehingga, dengan adanya pertemuan tatap muka terbatas tersebut memberikan peluang kepada pendidik untuk memberikan layanan pembelajaran secara maksimal kepada peserta didik khususnya pada mata pelajaran Kimia. Salah satu pelayanan yang bisa dilakukan adalah menerapkan pembelajaran dengan sistem blended learning yaitu mengkombinasikan pembelajaran online dan tatap muka. 

Salah satu metode pembelajaran yang bisa diterapkan secara blended learning adalah pembelajaran HOTS atau pembelajaran yang mengasah kemampuan berpikir tingkat tinggi. Menurut Taksonomi Bloom yang kemudian disempurnakan oleh Lorin Anderson, David Kratwohl, dkk mengkategorikan berbagai tingkat pemikiran, mulai dari tingkat terendah hingga tertinggi, yaitu (1) mengingat (remember); (2) memahami (understand); (3) mengaplikasikan (apply); (4) menganalisis (analyze); (5) mengevaluasi (evaluate); dan (6) mencipta (create). Butir ke-1 hingga ke-3, sesuai konsep awalnya, dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat rendah yang diistilahkan dengan Low Order Thinking Skills (LOTS). Sedangkan butir ke-4 hingga ke-6 dikategorikan sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi yang diistilahkan dengan High Order Thinking Skills (HOTS)

Untuk memaksimalkan pembelajaran secara blended learning, maka pembelajaran HOTS bisa dikombinasikan dengan pendekatan saintifik yaitu model pembelajaran Problem Based Learning. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang dirancang agar peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 

Mie instan merupakan produk makanan yang sering kita jumpai dan konsumsi dalam kehidupan sehari-hari baik itu dirumah, warung, dan sekolah. Disamping keberadaannya yang mudah dijangkau, makanan ini memiliki harga yang ramah dikantong dan mudah dalam menyajikannya. Makanan instan ini juga sering dikonsumsi oleh peserta didik sehingga produk ini tidak asing bagi peserta didik. Namun demikian, kita tidak pernah tahu bahan kimia apa saja yang terkandung dalam produk mi instan ini.

Didalam produk mie instan terdapat tiga sampai empat bagian produk yang sering kita jumpai yaitu mie, bumbu, minyak bumbu dan bahan pelengkap. Setiap bagian produk mie instan mengandung bahan kimia dengan nama-nama yang jarang kita dengar seperti antioksidan, TBHQ, mononatrium glutamat dsb. Semua bahan kimia tersebut merupakan zat aditif dalam bahan makanan yang memiliki fungsi tertentu. Contohnya antioksidan yang berfungsi untuk mencegah terjadinya reaksi oksidasi pada bahan mie instan tersebut. Reaksi oksidasi tersebut dapat menyebabkan bau tengik dan bersifat merugikan pada produk mie tersebut. Bagian terpenting dari baeberapa bahan kimia tersebut adalah terdapatnya gugus fungsi senyawa karbon yang nantinya akan dipelajari oleh peserta didik. 

Pembelajaran HOTS berbasis Problem Based Learning menggunakan bahan produk mie instan pada pembelejaran kimia khususnya pada materi gugu fungsi, mengajak peserta didik untuk mengidentifikasi gugus fungsi senyawa karbon yang terdapat bada bagian-bagian bahan mie instan tersebut. Dengan model pembelajaran seperti ini bisa mengajak peserta didik untuk mengaplikasikan pembelajaran kimia dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan pendidik agar pembelajaran bisa berjalan dengan baik yaitu 1) Persiapan ;2) Pelaksanaan ; dan 3) Evaluasi. 

Pada tahap persiapan, pendidik menyiapkan perangkat pembelajaran untuk mendukung terlaksananya pembelajaran ini. Perangkat yang perlu disiapkan adalah silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP),modul, media pembelajaran dsb. Pendidik menyiapkan semua perangkat ini sebelum pembelajaran semester genap berlangsung. Tak hanya perangkat pembelajaran, pendidik juga harus memahami betul fase-fase pembelajaran Problem Based Learning yaitu 1)orientasi peserta didik kepada masalah; 2) mengorganisasikan peserta didik; 3) membimbing penyelidikan individu dan kelompok; 4) mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan 5) menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. 

Sebelum menuju tahap pelaksanaan, pendidik harus menyusun jadwal fase-fase mana saja yang akan dilakukan secara daring atau tatap muka. Dengan menyusun jadwal, tahapan-tahapan pembelajaran di setiap fase bisa dilakukan secara maksimal dan tepat waktu sehingga target kurikulum bisa tercapai. Penyampaian jadwal ini dilakukan pendidik pada saat pembelajaran tatap muka bersama peserta didik. 

Ketika menuju tahap pelaksanaan, pendidik melakukan tahapan-tahapan pembelajaran Problem Based Leraning yang sudah direncanakan sebelumnya. Pada fase pertama yaitu orientasi peserta didik kepada masalah, pendidik menjelaskan tujuan pembelajaran, memberikan konsep dasar, petunjuk, dan modul pada materi gugus fungsi. Melakukan brainstorming dimana peserta didik dihadapkan pada produk mie instan yang sering dikonsumsi sehari-hari baik di rumah maupun disekolah. Mengajak peserta didik untuk membaca komposisi bahan mie instan yang terdapat pada kemasan mie instan tersebut. 

Pada fase kedua yaitu mengorganisasikan peserta didik, pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang akan dilakukan yaitu mengidentifikasi bahan kimia pada produk mie instan. Peserta didik dikelompokkan dalam kelompok heterogen. Setiap kelompok mendapatkan satu produk mie insntan dengan merk yang berbeda. Keemudian pendidik memberikan lembar kerja kepada masing-masing kelompok. Dalam lembar kerja tersebut dibuat tabel yang berisi kolom nama produk mie instan, nama bahan kimia, gambar struktur kimia, gugus fungsinya, dan kelompok senyawanya. Peserta didik mendiskusikan hal-hal yang harus dikerjakan. 

Pada fese ketiga yaitu membimbing penyelidikan individu dan kelompok, peserta didik mengumpulkan informasi untuk memecahkan masalah (problem) tentang bahan kimia pada mie instan. Peserta didik mendapatkan informasi bahan mie instan dan bumbunya di balik kemasan produk mie instan tersebut. Di fase pengidentifikasian bahan serta gugus fungsi senyawa karbon,  kemampuan berpikirir kritis atau High Order Thinking Skills (HOTS) peserta didik akan dikembangkan. Berpikir kritis pada fase ini sangat diperlukan guna memecahkan struktur bangun bahan kimia tersebut mulai dari yang sederhana hingga kompleks dan rumit. Bisa jadi, dalam satu bahan kimia peserta didik bisa menemukan satu sampai lima gugus fungsi. Hasil temuannya tersebut ditulis pada lembar kerja yang sudah dibagikan sebelumnya. Untuk memecahkan permasalahan gugus fungsi ini peserta didik bisa mencari infomasi dari berbagai macam media pembelajaran, baik itu modul, buku, dan internet.

Lanjut pada fase keempat yaitu mengembangkan dan menyajikan hasil identifikasi gugus fungsi pada produk mie instan. Setelah mengidentifikasi semua bahan kimia pada mie instan, peserta didik dan anggota kelompoknya mulai menulis hasil identifikasi pada lembar kerja yang sudah tersedia. Penggambaran strukur bangun bahan kimia dan pemberian nama gugus fungsi dikerjakan dengan diskusi bersama di dalam kelompoknya. Pada tahap akhir fase ini, peserta didik mengisi dengan benar dan lengkap lembar kerja yang tersedia. 

Pada fase terakhir atau fase lima, peserta didik menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah gugus fungsi senyawa karbon. Pada tahap ini, peserta didik mengevaluasi hasil belajar tentang materi gugus fungsi senyawa karbon melalui diskusi kelas untuk menganalisis struktur bangun bahan kimia mie instan dan pemberian nama gugus fungsi. Peserta didik bisa menggunakan buku sumber, modul, dan internet untuk bantuan mengevaluasi hasil diskusi. Selanjutnya dari hasil persentasi hasil diskusi dilakukan penyamaan persepsi agar konsep materi yang sudah diperoleh bisa dipahami dengan baik oleh peserta didik. 

Setelah tahap persiapan dan pelaksanaan sudah selesai, maka pendidik melakukan tahap berikutnya yaitu tahap evaluasi. Pada tahap ini, pendidik memberikan tes tulis individual tentang materi gugus fungsi. Tes tulis ini bisa berupa soal pilhan ganda atau essay. Soal dalam tes bervariasi, mulai dari yang mudah hingga sulit. Fungsi tes tulis ini untuk mengukur sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap materi gugus fungsi. 

Selain tes tulis, pendidik juga memberikan kuisioner tentang pelaksanaan pembelajaran. HOTS berbasis Problem Based Learning menggunakan bahan produk mie instan pada materi gugus fungsi senyawa karbon. Tujuan pemberian kuisioner ini adalah mengukur sejauh mana keberhasilan dan keterlaksanaan model pembelajaran tersebut. Selain itu, tes kuisioner ini bisa mengukur tingkat kepuasan peserta didik, kelemahan, dan kelebihan model pembelajaran. Masukan-masukan peserta didik ini bisa dijadikan pertimbangan pendidik atau bahan evaluasi agar kedepannya bisa lebih baik lagi, terutama pada materi kimia yang lain

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Demi Penuhi Harapan Ibu, Ku Seberangi Pulau Untuk Menjadi Guru

DONO SETIAWAN

Apr 23, 2022
3 min
Notifikasi WhatsApp

Ridar Kurnia

Apr 20, 2022
6 min
Guru : Cerita & Percikan
5 min
Pengabdianku di Kota Juang

Darmi, S. Pd

Apr 19, 2022
2 min
Apa kabar ibu bapak guru?
4 min

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB