Seni Menikmati Profesi - Guruinovatif.id: Platform Online Learning Bersertifikat untuk Guru

Diterbitkan 06 Mei 2022

Seni Menikmati Profesi

“Aku tak pernah melibatkan hati atau kadang hanya sedikit hal yang dilakukan dengan hati”, gumamku pada siang itu ketika bersama kertas-kertas bergaris di hadapanku.

Cerita Guru

Pungki Luthfiyani, S.Pd.

Kunjungi Profile
719x
Bagikan

“Aku tak pernah melibatkan hati atau kadang hanya sedikit hal yang dilakukan dengan hati”, gumamku pada siang itu ketika bersama kertas-kertas bergaris di hadapanku.

Sontak, lintasan pikiranku menuju pada peristiwa beberapa tahun lalu. Membuka kembali memoriku pada kegiatan pelatihan pengajar tahsin di sebuah aula masjid kampus terbesar se-Asia.

“Karena yang dari hati akan sampai pada hati”, tutur seorang pemateri yang berdiri di hadapan kami.

Kutipan kalimat yang begitu menghunjam, menusuk telinga pendengarnya. 

Persoalan hati adalah perkara yang tak ada habisnya di muka bumi. 

-------

Lagi-lagi semua akan menuju pada satu muara.

Manusia akan cenderung menerima dan melakukan sesuatu yang disukainya. Sesuatu yang indah, sesuatu yang menarik, sesuatu yang menawan, sesuatu yang dicintai di hatinya. Maka tak heran, maka jangan pernah berharap mendapat hati jika kita melakukannya tanpa melibatkan hati. Bagaimana mungkin bisa menyentuh hati jika melakukannya tak sepenuh hati.

Barangkali kita perlu menengok kembali sebelum melangkahkan kaki tentang niat yang terkandung di hati. Langkah ini didasari dengan tekad yang kuat atau sekadar nekad?

Langkah seorang guru sebelum masuk kelas, langkah seorang guru sebelum mengajarkan ilmu.

Teringat perkataan seorang dosen ketika memberikan sambutan pada acara LDKM (Latihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa)

“Sikap setengah hati tidaklah menghasilkan apa-apa. 

Setengah baik berarti tidak baik. 

Setengah benar berarti tidak benar.”

 

Betapa pentingnya untuk bersikap totalitas bukan setengah-setengah. Sikap setengah-setengah akan membuahkan perencanaan yang tak matang dalam rangkaian proses pembelajaran sehingga akan berujung pada kekecewaan karena tak mendapat apa yang diinginkan.

Keinginan seorang guru tentunya ingin bisa sukses dalam mendidik. Kesuksesan seorang guru dalam mendidik salah satunya dapat ditandai dengan keberhasilan seorang murid yang melampaui gurunya.

Tentunya hal tersebut dibangun dari proses interaksi yang kontinu, hubungan yang erat, dekat, dan rekat, antara guru dan murid. 

Ada pepatah mengatakan, “Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak dirindukan.”

Ya, siang itu. Kursi-kursi di ruang kelas sedang bertaruh dengan selimut dan kasur asrama. Siswa yang hadir dapat dihitung dengan hitungan jari. Kabarnya beberapa sedang sakit. Namun, entah pada bagian mana sakit itu harus diobati. 

Sejatinya seseorang akan mendekati sesuatu yang dengannya ia merasa tentram. Mendekat karena terikat. Terikat rasa kasih, rasa cinta, yang berbuah rindu untuk berjumpa. Yang tak dirindu mungkin tak ada cinta, yang tak dirindu mungkin tak ada kasih, yang tak dirindu mungkin tak ada sayang. Yang tak dirindu mungkin tak berarti di hati.

Sebelum kita menghakimi, alangkah lebih baiknya untuk mengevaluasi diri.

Mari kita melihat dengan dua sisi, berkaca sebagai yang melihat atau yang dilihat. Berkaca dengan menggunakan sudut pandang seorang murid dan sudut pandang seorang guru. Sebagai seorang guru yang juga mustahil tak pernah menjadi murid, saya sangat menyepakati bahwa lagi-lagi ini persoalan hati. Ketika manusia melakukan sesuatu yang dicintainya maka yang berat pun akan terasa ringan, letih akan hilang, api kemarahan akan padam, sedih jadi senang, jauh terasa dekat, sukar jadi mudah, ya karena sudah ada “mahabbah” di sana.

Pertanyaannya, apakah kita hanya mampu melakukan hal yang kita cintai? Apakah kita hanya mampu mengerjakan sesutau yang disuka, yang dicinta? Atau kita adalah orang yang mampu untuk mencintai apa yang kita kerjakan? Anda termasuk yang mana? Mengerjakan hal yang dicintai atau mencintai apa yang Anda kerjakan?

Belajar bukan sekadar proses transfer informasi, tapi ada transfer ruh di sana. Ya, dalam arti apa-apa yang dirasakan pengajar akan mengalir menjadi transfer energi pada murid-muridnya, akan dirasakan juga oleh muridnya. Maka periksalah, maka renungkanlah, maka sadarilah, untuk apa aku mengajar, apakah sudah disertai keikhlasan atau hanya sekadar menggugurkan kewajiban?

Terkadang kita lebih mampu untuk menilai dari pada membuat sesuatu untuk dinilai. Ketika seseorang menjadi murid yang duduk di bangku sekolah, menatap ke arah guru, memperhatikan setiap gerak-gerik, sangat mudah baginya untuk melakukan penilaian terhadap orang di hadapannya. Namun, akan menjadi berbeda keadannya ketika seseorang tersebut menjadi yang ditatap, menjadi yang diperhatikan, bukan lagi yang menatap dan memperhatikan. Ingatan seputar sosok yang pernah kita nilai, tentang sikap dan gerak-geriknya yang kala itu kita merasa lebih hebat darinya dan lebih tahu tentang bagaiamana seharusnya sesuatu dilakukan, seketika hilang. 

Mungkin ini maksud dari “ngaji rasa”, perkataan yang pernah disampaikan oleh guru saya ketika duduk di bangku SMA. Perihal bagaimana kita bisa merasakan apa yang orang lain rasakan dengan berusaha memposisikan diri sebagai orang lain. Sederhananya seperti ini.

Murid: “Jika saya berada di depan kelas kemudian tidak diperhatikan oleh orang-orang di hadapan saya, pasti saya akan merasa sakit, maka saya pun tidak boleh melakukan hal ini pada guru saya karena guru saya pun tentunya akan merasa sakit jika ia tidak diperhatikan.”

Jadi, apakah saya harus mencari perhatian?

Silakan Anda jawab di hati masing-masing, saya hanya ingin mengajak Anda untuk merenungi kalimat di bawah ini.

Manusia akan senang ketika diperlakukan secara istimewa, khusus, ketika diperlakukan sesuai dengan naluri hatinya, yang disukai hatinya, tentunya naluri yang berpihak kepada kebajikan

Kalau sudah cinta pasti akan tercipta rindu.

Kalau sudah cinta pasti akan menghasilkan rindu.

Cinta melahirkan kerinduan.

Kemudian menanti-nanti sebuah pertemuan.

0

0

Komentar (0)

-Komentar belum tersedia-

Buat Akun Gratis di Guru Inovatif
Ayo buat akun Guru Inovatif secara gratis, ikuti pelatihan dan event secara gratis dan dapatkan sertifikat ber JP yang akan membantu Anda untuk kenaikan pangkat di tempat kerja.
Daftar Akun Gratis

Artikel Terkait

Dulu, Kini, dan Nanti Tetaplah Guru

Titin Nurgantini

Apr 23, 2022
5 min
6 Langkah Membimbing 27 Karya Tulis Ilmiah
Membuka Zona Nyaman di Tengah Pendemi Dengan Literasi

Guru Inovatif

Jam operasional Customer Service

06.00 - 18.00 WIB